Opini

Calon Bupati Sumenep dan Nasib Petani Tembakau

Website | + posts

Administrator maduratoday.com

Madura Today – Mungkin sejak Indonesia merdeka tahun 1945, di Sumenep, masalah terpelik dan sulit dirampungkan secara bijak adalah soal perkebunan tembakau. Tanaman yang diketahui telah diperkenalkan oleh orang-orang Portugis dan Belanda di abad 16 di pulau Madura (Makfoeld: 1982).

Tembakau diketahui sebagai tanaman potensial di Sumenep. Menyebar cukup luas di wilayah daratan Sumenep. Dari yang pegunungan hingga yang di dataran dengan tanah sawah dan tegalan.

Dari saking potensialnya perkebunan tembakau, banyak sekali para peneliti yang tertarik menyinggung soal perkebunan tembakau. Hampir setiap tulisan-tulisan yang berbicara Madura, seperti Huub de Jonge, Bukunya yang berjudul, Madura dalam Empat Zaman, Makfoeld, Mutu tembakau Indonesia, hingga Kuntowijoyo, Perubahan Sosial Masyarakat Agraris di Madura, tak luput dari pembahasan tentang tembakau Madura.

Dari empat kabupaten yang menjadi tempat kajian soal Madura, Sumenep adalah Kabupaten yang disebut-sebut potensial memproduksi tembakau berkualitas. Tiga desa yang disebut dalam buku Huub De Jonge, ialah desa Montorna, Prancak dan Guluk-Guluk. Tiga desa tersebut dianggap sebagai desa penghasil tembakau berkualitas.

Ukuran kualitas tembakau diukur mulai dari kesesuaian iklim, tanah, dan tanaman, hingga cara merawat dan meracik tembakau oleh masyarakat petani di tiga desa tersebut.

Tetapi, profesi sebagai petani tembakau, pada sekian babak sejarah (dalam ingatan penulis), sangat menghawatirkan. Bahkan beberapa musim belakang petani justru mengalami kerugian, jika dihitung dari beban biaya yang dikeluarkan. Penyebabnya ialah harga yang murah dari pabrikan, ditambah lagi permainan harga oleh para bandol dan tengkulak.

Namun, fakta-fakta di atas, selama ini tidak direspon secara cermat oleh Pemerintah Kabupaten Sumenep. Pemkab melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan, selama ini, tidak cukup memberi kepastian mengenai harga dan kemampuan pabrikan di dalam menyerap hasil tembakau para petani di Sumenep.

Di sisi lain, gudang pembeli tembakau di Sumenep sering kali ada yang tutup. Dengan dalih stok tembakau di gudang masih banyak sehingga tidak bisa melakukan pembelian.

Di dalam suasana pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Sumenep tahun ini, saya belum menemukan gagasan-gagasan besar yang ingin diwujudkan untuk menyelesaikan masalah tembakau yang dialami masyarakat. Saya ingin mengingatkan, bahwa masalah tembakau menyangkut kehidupan orang banyak. Karena sebagian besar masyarakat bergantung pada hasil perkebunan tembakau.

Untuk itu, dua Calon Bupati dan Wakil Bupati (Fauzi-Eva dan Fatah-Fikri), sudah waktunya memiliki misi memuliakan para petani tembakau. Dengan melihat secara cermat, bahwa Kabupaten Sumenep memiliki potensi untuk meningkatkan ekonomi masyarakat lewat perkebunan tembakau.

Pemerintah bisa menjadikan sumenep sebagai lumbung tembakau berkualitas Nasional. Karena selain dari sisi hasil tembakau yang berkualitas, dari sisi konsumsi, Madura adalah market besar, sebagai salah satu daerah dengan konsumen rokok terbanyak di Jawa Timur.

Maka, bila tembakau dilihat sebagai potensi ekonomi daerah, akan sangat mungkin masyarakat di kawasan timur pulau Madura akan lebih sejahtera dalam kurun waktu lima tahun ke depan.

Penulis : Moh. Khoirul Umam

Lahir di Sumenep, 27 Oktober 1994, Alumni Ilmu Politik Fisip UINSA yang kini berprofesi Direktur Bidang Riset sosial dan Politik Lembaga Survey Cakra Nusantara serta Peneliti Muda Lembaga Riset Sosial dan Politik UINSA Poll and Riseach.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
Back to top button