Opini

Tradisi Bersongkok Lelaki Madura

Website | + posts

Administrator maduratoday.com

Madura Today – Masyarakat Madura, sangat menjunjung tinggi sikap sopan santun dan saling mempererat hubungan persaudaraan antar sesama.

Contohnya, orang yang lebih muda condong menghormati orang yang lebih tua, sedangkan orang yang lebih tua menghargai orang yang lebih muda.

Sopan santun juga bisa dilihat dari tata bahasa yang diucapkan sehari-hari. Tutur kata dalam bahasa Madura ada tiga tingkatan yaitu enje’ iye (kasar), enggi enten (sedang), enggi bunten (halus).

Selain itu, sopan santun yang masih menjadi tradisi sampai saat ini, dapat dilihat dari segi penampilan.

Tidak dapat disangkal bahwa masyarakat Madura dikenal dengan budaya bersongkok, hal ini dapat dibuktikan dengan kebiasaan ketika menghadiri kondangan, dengan kompak mengenakan songkok.

Para kiai, santri dan orang-orang yang sudah menunaikan haji, semuanya mengenakan songkok.

Dulu, songkok atau peci lumrahnya berwarna hitam dan putih. Sekarang, songkok memiliki berbagai macam bentuk dan warna, hal ini bertepatan dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih. Merk dan warna pun juga bermacam-macam misalnya, bermerek Padi, Padimas, Wadimor dan lain-lain.

Kopiah atau songkok berasal dari bahasa Arab keffieh, kaffiyeh atau kufiya. Namun, bentuk asli dari kopiah. Kaffiyeh berbentuk kain katun segi empat yang digunakan di atas kepala dan pola kain biasanya berbentuk kotak-kotak.

Menurut Rozan Yunos, dalam artikel The Origin of the Songkok or Kopiah di The Brunei Times (23/09/2007), kopiah atau songkok diperkenalkan oleh pedagang-pedagang Arab yang menyebarkan agama Islam.

Rozan juga menyebut beberapa ahli berpendapat di Kepulauan Malaya kopiah atau songkok ini sudah dipakai pada abad XIII. Setelah dipopulerkan para pedagang Arab, baru orang Malaysia, Indonesia dan Brunei mengikutinya.

Songkok sebagai cerminan nuansa Islami, melihat orang bersongkok seakan terlihat pancaran sinar kesopanannya yang elok disertai hati yang damai dengan kemeja rapi.

Sejatinya anggota tubuh yang paling terhormat adalah kepala. Maka, kepala harus dilindungi dengan baik. Dalam konteks masyarakat Madura kepala harus dijaga dan ditutupi dengan Songkok.

Jadi, dalam situasi apapun. Masyarakat Madura pasti berusaha untuk mempertahankan apa yang menjadi tradisi dan ciri khasnya. Apalagi bersongkok merupakan norma sosial yang sudah berlaku selama bertahun-tahun khususnya di kalangan masyarakat Madura.

Semoga kita selalu senantiasa menjaga kehormatan kita, selalu senantiasa menjaga mahkota kita. Waallahu A’lam Bissawaab.

Penulis: Thayyibi Sapora
Penggiat isu sosial masyarakat made in Madura

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button