Pandemi
Administrator maduratoday.com
Pandemi
Puisi : Thayyibi Sapora
Pagi, ditemani oleh kicau burung terucukan
Melangkah pasti menuju pintu rumah yang sedang tertutup rapi
Duduk di meja panjang sambil seruput kopi yang sudah disediakan oleh pemilik hati
Bengung memikirkan seruan ombak yang hendak berlabu.
Pagi, bersama cahaya remang-remang
Mencoba untuk mengeluarkan keringat yang bertapa di tubuh paling dalam
Dengan melintasi jalan yang begitu sunyi layaknya kota mati
Tidak seperti biasanya.
Ku buka jendela rumah
Terdengar suara lantang penjual gorengan dengan wajah lesu
Ia duduk di teras depan rumah
Lalu bercerita mengenai pendapatan yang turun drastis
Ku coba untuk menghibur agar tidak panik akan musibah yang menimpa
Disertai canda tawa yang membuat hati tidak kaku
Mencair seperti air
Membilas kecewa dalam raga
Mengobati rasa suntuk yang kian menggunung
Bersama ratapan hati yang sedang bingung
Ku coba menyisir para pengrajin di sekitar rumah
Ternyata sudah banyak di antara mereka yang diam
Memaku lantaran pemilik hajat tidak lagi membeli lemari
Pandemi bergulir hampir satu tahun
Dunia terguncang oleh panah yang begitu tajam
Menusuk hati yang angkuh, membelah rimbun yang keruh
Senantiasa selalu berdoa kepada pemilik pandemi agar segera di musnahkan
Dan, yakinlah di balik musibah ini banyak hikmah yang bisa ku ambil dengan lapang dada
Pandemi mengajarkanku tentang kesabaran
Sabar dalam berdagang
Sabar dalam menghadapi masalah yang menimpa perekonomian keluarga
Selalu bertawakal kepada Allah agar kesabaran selalu bertambah
Mohon ampun kepada Allah agar pandemi ini lekas hijrah
Dan selalu yakin bahwa rencana Tuhan adalah sebaik-baik rencana.
Sumenep, 8 Februari 2021
* Thayyibi Sapora Lahir pada 8 April 1994 di Karduluk, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Berasal dari keluarga sederhana. Namun, Alhamdulillah dapat mengenyam pendidikan formal MI Nurul Jadid Karduluk Bapelle, yang kental dengan nilai-nilai keagamaannya, dan lulus tahun 2007.
Selanjutnya meneruskan sekolah di MTS An-Najah 1 Karduluk, tamat tahun 2009 dan di MA An-Najah 1 Karduluk, tamat tahun 2012. Lagi-lagi Tuhan memberikan jalan, selepas dari MA dapat beasiswa tahfidz di Sekolah Tinggi Ekonomi dan Perbankan Islam Mr. Sjafruddin Prawiranegara Jakarta.
Saat ini sebagai penggiat isu sosial masyarakat made in Madura, yang mana menyampaikan tentang situasi dan kondisi yang berada di Madura. Diimplementasikan lewat puisi, opini dan sesekali cerpen.
Beberapa tulisan pernah terbit di beberapa media yaitu Lontar Madura, Redaksi Baladena, Kabar Madura, dan Madura Today sampai saat ini. Pernah beberapa kali ikut serta dalam penulisan antologi puisi seperti, 1001 Puisi Untuk Ayah dan Ibu, Santri Channel, Satria Sastra Indonesia dan lain-lain.