Kisah Orang Madura, Merintis Toko Kelontong Hingga Beromset Fantastis
Administrator maduratoday.com
Madura, (Madura Today) – Menjadi orang sukses tentu tidak mudah, harus melewati rintangan serta perjuangan keras. Sekalipun seorang pebisnis yang sukses, juga pernah mencicipi jatuh bangun terlebih dahulu sebelum merasakan hasil dari kesuksesannya.
Sebagian orang mengira menjadi pebisnis membutuhkan modal banyak. Namun, hal itu hanya perkiraan yang belum tentu benar. Pebisnis sukses pun bisa hanya modal sedikit, bahkan ada pula yang memulai bisnisnya tanpa modal sepeser pun.
Catatan pendek, dalam berbisnis tentu harus mengukuhkan niat serta mental. Baik bisnis besar maupun bisnis kecil, misalnya usaha toko kelontong.
Tak dapat dipungkiri, usaha toko kelontong dari dulu hingga kini tetap menjadi andalan banyak orang. Karena usaha toko kelontong menjual berbagai kebutuhan pokok, seperti kebutuhan rumah tangga.
Memaknai usaha toko kelontong tidak mengenal zaman, seperti secarik kertas perjuangan sepasang kekasih dalam memulai usaha toko kelontong.
Ayak dan Juna, namanya. Sepasang suami istri ini berasal dari Dusun Blajud, Desa Karduluk, Kecamatan Pragaan, Kabupaten Sumenep yang dengan tekun merintis usaha toko kelontong dari Ibu Kota, Jakarta.
Pada suatu ketika, dua sejoli ini berlabuh dari Madura ke Jakarta, dengan prinsip ‘se penting mangkat ka Jakarta’ (yang penting berangkat ke Jakarta). Namun, sebelumnya tidak ada yang mengetahui bahwa ia menjaga toko kelontong milik orang lain.
Pada saat menjaga toko orang lain, perkiraan omset kotor per bulan sekitar Rp 9.800.000. Ini belum termasuk kontrakan dan belum dibagi dua dengan juragannya.
Ia melakoni penuh dengan cucuran keringat, kenapa demikian? Karena keduanya tinggal di tempat yang sempit, tumpang tindih satu sama lain. Tetapi dengan keyakinan, penuh dengan bahagia, ia jalani selama satu tahun lebih.
Tidak peduli cibiran orang lain, tak pernah putus asa. Terjalnya sawah-sawah dilalui dengan senyuman, tanpa lengah, selalu bersyukur. Ia selalu memberikan motivasi untuk dirinya sendiri.
Seiring berjalannya waktu, pejuang receh ini mulai merencanakan untuk membuka usaha toko kelontong sendiri. Secara, usaha toko kelontong cukup menjanjikan.
Dengan cara menabung, uang yang diperoleh selama satu tahun lebih dan tambahan modal dari pihak lain, dua sejoli mulai merintis usaha toko kelontong sendiri.
Secara bertahap, mereka memberanikan diri untuk membuka toko sendiri. Dan ternyata sukses, saat ini kini sejoli ini sudah memiliki empat cabang toko kelontong.
Empat toko kelontong yang mereka rintis dengan susah payah memiliki pendapatan yang berbeda-beda. Namun, jumlah keseluruhan diperkirakan beromset omset kotor per bulan Rp 28 juta, belum termasuk kontrakan dan belum termasuk upah karyawannya.
Ini adalah pencapaian luar biasa, dalam kurun waktu yang cukup cepat, ia mampu mengentaskan kebuntuan yang selama ini melekat dalam dada.
Kegigihan dan kesabarannya tentu dapat kita tiru. Karena kita tahu membangun usaha dari nol memang tidak mudah.
Namun, dengan tekad yang kuat, pasti impikan kita akan tercapai, pepatah kuno mengatakan “usaha tidak akan mengkhianati hasil”, seperti halnya perjuangan sejoli ini memulai usaha toko kelontong di perantauan.
Semoga Allah selalu menyertai langkah baik ini dan mengabulkan segala permintaan baik kita, Aamiin. Waallahu A’lam Bissawab.
Penulis : Thayyibi Sapora | Editor : Dewi Kayisna