Khofifah Ingatkan Pentingnya Pendidikan Akhlak kepada Kepala Sekolah
Administrator maduratoday.com
Pamekasan, (Madura Today) – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mengingatkan tentang pentingnya pendidikan akhlak bagi peserta didik seiring maraknya tindakan amoral yang terjadi dalam dunia pendidikan.
Hal itu disampaikan Khofifah saat acara pembinaan terhadap musyawarah kerja kepala sekolah (MKKS) SMA Swasta di Gedung Bakorwil Pamekasan, Madura Jawa Timur, Selasa (18/1/2022).
Menurutnya, terjadinya kasus amoral harus menjadi perhatian serius lembaga pendidikan, terutama kepala sekolah yang mempunyai tanggungjawab besar mengelola sekolah.
“Dalam kondisi seperti sekarang, ada yang dibutuhkan oleh bangsa dan negara dan oleh dunia, yaitu akhlak. PR ini tidak sederhana, para kepala sekolah punya tanggungjawab yang sama,” ungkapnya.
Khofifah menambahkan, ilmu pengetahuan, prestasi akademik dan akhlak harus berjalan bersama, sebab anak didik tidak cukup hanya dibekali dengan kecerdasan intelektual tanpa kecerdasan emosional, serta pendidikan karakter yang baik.
“Ilmu dengan academy achiefment yang bagus tetap harus diikuti oleh karakter, moral dan akhlak yang bagus. Yang susah adalah mencari teladannya, bagaimana kita mem-breakdown innama buistu li utammima makarinal akhlak,” tandasnya.
Ketua Umum Muslimat NU tersebut mengatakan, kasus yang tidak elok terjadi dalam dunia pendidikan menuntut seluruh lembaga pendidikan melakukan evaluasi, serta meningkatkan kepercayaan masyarakat dengan kualitas dan akhlak peserta didik dengan keteladanan baik dari pendidik.
Kasus tersebut sebenarnya tidak hanya terjadi di lembaga sekolah, melainkan juga di perguruan tinggi, bahkan di lembaga keagamaan. Hal tersebut yang membuat publik prihatin.
“PR ini mohon dijadikan catatan serius bagi kita, anak anak itu oleh orang tuanya dipasrahkan kepada kita untuk dididik, diisi lahir batinnya, diisi academy achiefment-nya. Ada proses tarbiyah, maka tugas kita melakukan pengasuhan. Pasti tidak mudah, kecuali dalam pesantren, kalau di pesantren dimungkinkan proses tarbiyah dilakukan dengan mudah, karena mereka berada dalam satu boarding,” tambahnya.
Proses pembelajaran keberadaban dan sopan santun tidak bisa dilakukan secara virtual, berbeda dengan ilmu pengetahuan. Makanya, proses pembelajaran yang dilakukan secara virtual cukup mengkhawatirkan terhadap karakter dan sopan santun anak.
“Mereka tanpa referensi dan tanpa kendali karena tidak ada dalam remote system yang biasanya kalau di sekolah atau di pesantren, mereka akan termonitor. PR seperti ini kalau diucapkan sederhana, tapi pelaksanaanya tidak mudah,” jelasnya.
Oleh karena dia berharap, pendidik atau guru untuk senantiasa mendoakan anak didiknya agar ilmu yang didapat bermanfaat, demikian juga anak didik mempunyai tugas mendoakan guru untuk menjalin kesinambungan kekuatan sinyal doa antar keduanya.
“Ketika anak didik kita sedang berdoa di kelas, kita berdoa juga, demikian juga ketika selesai solat ada doa untuk anak didik kita. Ini yang menjadi kekuatan dari proses pembelajaran dan terjadi pertautan antara ruh guru dengan ruh murid,” pungkasnya.
Penulis : Marzukiy | Editor : Dewi Kayisna