Jumpa 630 Andika Pramuka di Madura, Donny M Siradj Berbagi Tips ‘Membangun Bangsa’
Administrator maduratoday.com
Sumenep, (Madura Today) – Founder Yayasan Milenial Madura (YMM), Donny M Siradj baru-baru ‘turun’ ke tanah kelahirannya Madura dan berjumpa dengan 360 andika Pramuka.
Donny menjadi pembicara di Stadium General Perkemahan Silaturrahmi Antar Lembaga (PERSAGA) VIII Penggalang Putra Putri se Madura bertema “Hari Ini Bangun Tenda, Esok Bangun Bangsa”.
Pada kegiatan yang digelar oleh Lembaga Pendidikan Pesantren (LPP) Nurul Ulum Karduluk Pragaan Sumenep itu, suami Parmaera Galda Pratiwi atau pemeran Cut Mala di Film KCB, berbagi tips membangun bangsa di masa depan.
Berikut penyampaian Donny di depan 63 regu peserta PERSAGA VII :
Semangat pagi adik-adik…
Pada kesempatan ini kak Donny akan sharing pengetahuan dan pengalaman, tujuannya lebih kepada memberikan perspektif bagaimana adik-adik mempersiapkan diri membangun tenda masa depannya adik-adik dengan right mindset, right attitude, dan right directionality.
Alhamdulillah dengan karunia Allah SWT, kak Donny bisa merasakan proses pendidikan baik di dalam maupun di luar negeri, dari sabang sampe merauke.
Dimulai dari S1 di ITS, S2 ITB, Aalto Singapore, sempat merasakan Executive Education Course di Harvard Business School, dan School of Government & Public Policy (SGPP)
Karir, Alhamdulillah hingga mencapai top management di beberapa perusahaan multinasional, menjadi manager sebelum usia 30 tahun, dan merintis beberapa perusahaan tech start-up.
Tentunya refleksinya semua itu berproses, setahap demi setahap, jalani saja prosesnya sebaik mungkin (do your best). Kak Donny mempunyai prinsip hidup salah satunya adalah “Man jadda wa jadda” siapa yang bersungguh-sungguh dia akan berhasil, mantra yang sangat berguna di manapun kita berada. “Do your best, let Allah do the rest”.
Tantangan Kepemudaan di Era VUCA
Era milenial gen Z saat ini sangatlah berbeda dengan era gen X dan gen Y para orang tua kita sebelumnya. Kita harus pandai-pandai membaca perubahan zaman. Era generasi milenial saat ini adalah era VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity), dimana menuntut pribadi, perusahaan, atau organisasi akan terus berkembang berkelanjutan jika adaftif terhadap perubahan.
500 tahun sebelum masehi, Heraclitus, seorang filsuf dari Yunani pernah mengatakan: the only thing that is constant is Change! Kita harus tetap stay relevant. “It is not the strongest of the species that survives, nor the most intelligent that survives. It is the one that is most adaptable to change” (Charles Darwin). Artinya yang bisa sukses adalah yang paling adaptif terhadap perubahan.
Tantangan para pemuda milenial di era VUCA ini dapat dicirikan dengan tiga tantangan disruption (Triple Disruption) yang terjadi secara bersamaan, antara lain Digital Disruption, Milennial Disruption, dan Pandemic Disruption. Segala aspek bidang kehidupan bergerak semua dari offline ke online atau era ekonomi digital baik itu pendidikan, bisnis, dan pemerintahan.
Kemudian milennial disruption dicirikan dengan pergeseran consumer behaviour yang segala sesuatunya ingin serba online transaksinya dampaknya banyak shopping mall dan pemain retail besar berguguran.
Fenomena shopping mall terdisrupsi oleh market place online, dunia bisnis dan pendidikan from WFO to WFH, Mobil Bensin ke Mobil Listrik. Dulu perusahaan-perusahaan yang selalu ada di list fortune 500 adalah perusahaan minyak, tetapi sekarang bergeser ke perusahaan teknologi, seperti Apple, Google, Amazon, dan lain-lain. from oil era to data era (data is the new oil).
Jika dulu seorang anak bercita-cita menjadi seorang astronot, dokter, insinyur, atau polisi, sekarang mereka ingin menjadi YouTuber, Content Creator (tapi hati-hati terhadap fenomena crazy rich sultan dan kawan-kawan yah, ada banyak scam di dalamnya).
Pertanyaannya sekarang dengan trend triple disruption tersebut pemuda milenial generasi harapan bangsa ada dimanakah? Hanya sekedar menjadi penonton saja menjadi target pasar saja atau sudah naik kelas menjadi produsen dan menjadi bagian penting dari mata rantai nilai tersebut.
Jadi pelajarannya adalah stay relevant, jangan terlena, didiklah anakmu sesuai zamannya (Ali bin Abi Thalib).
Where Are We/kesiapan Kita
Indonesia dari aspek demografi sangat menguntungkan dengan berlimpahnya jumlah penduduk usia produktif yang di atas 70%, ini yang dinamakan bonus demografi.
Hal ini bisa menjadi berkah dan bisa juga menjadi musibah? apabila tidak diiringi dengan peningkatan kualitas SDM nya. Tidak heran di periode kedua ini fokus Presiden Jokowi adalah di pembangunan SDM.
Kita lihat fakta dan data di lapangan satu persatu untuk menjawab seberapa siap pemuda kita menghadapi tantangan kepemudaan di era VUCA seperti uraian di atas.
1. Tingkat Literasi (Reading Index).
UNESCO menyebutkan Indonesia urutan kedua terbawah soal literasi dunia (60 dari 61 negara), artinya minat baca kita sangatlah rendah! hanya 0,001%. Artinya, hanya 1 dari 1,000 orang Indonesia yang rajin membaca. Ironisnya, meski minat baca buku rendah tapi data wearesocial mengungkap orang Indonesia bisa menatap layar gadget kurang lebih 9 jam sehari.
Di sosmed paling cerewet nomor 5 di dunia. Ini sangatlah ironis, menjadi PR kita bersama. Jangan menjadi pemuda yang tong kosong nyaring bunyinya dan hanya menjadi sasaran empuk untuk info provokasi, hoax, dan fitnah. Kecepatan jari bahkan melebihi kecepatan otaknya.
2. Jumlah Doktor di Indonesia.
Kita masih jauh dari ideal, jumlah lulusan yang bergelar Phd bila dibandingkan China dan India. China jumlah lulusan Phd sampai saat ini antara 700-800 ribu orang, India 600-700 ribu orang, sedangkan Indonesia hanya 30-65 ribu orang (dan itupun mayoritas doktor di bidang agama, bukan berbasis STEM kebutuhan kita di masa depan).
3. Peraih Nobel
Umat muslim di dunia jumlahnya kurang lebih 2 milyar (30% penduduk dunia) tetapi hanya kurang dr 10 orang saja peraih nobel. Sedangkan populasi Yahudi yang cuma sekitar 15-an juta saja (sekitar 0,2% populasi dunia), tetapi bisa menghasilkan 201 peraih nobel (sekitar 22,5%) dari total sekitar 892 individu peraih nobel sejak 1901. Ini menjadi PR kita ke depannya juga.
Kira-kira dengan fakta yang ada di lapangan saat ini, modalitas kita sudah cukup untuk menuju Indonesia Emas 2045? Siap membangun tenda masa depan kalian?.
Solusi Bangun Tenda Masa Depan Kalian (Build your roadmap/peta hidup)
Be The Outlier To Win The Competition ! Kunci dari kesiapan menghadapi tantangan kepemudaan di era VUVA tersebut intinya game changernya ada di kualitas SDM/Pendidikan. Upskilling dan Reskilling salah satunya di dunia pendidikan agar sesuai dengan kebutuhan di dunia kerja dan usaha.
Ada tiga pilar utama dalam membangun tenda masa depan kalian :
1. Bangun Rekam Jejak (Bangun Kredibilitas)
Bangun portfolio/rekam jejak sedini mungkin. Contoh ; Umar Hamam di buku Abiku memang beda adalah salah satu contoh yang bagus. Dia punya visi jangka panjang dan juga life skills dengan bimbingan dari ayahnya (Compelling vision + life skills).
Saat ini Umar berusia 12 tahun dan sudah memiliki bisnis dengan omzet 1,2 milyar, 5 juz hafalan Quran, serta pengetahuan umum dan sejarah Islam yang segudang.
Jangan ikut-ikutaan fenomena crazy rich atau flexing (pamer di medsos). Jangan mudah silau dengan segala sesuatu yang instan tapi tidak masuk (Have A Common Sense). Perbanyaklah baca/ Iqra referensi berkualitas. Jadilah content creator/youtuber/ngevlog yang berfaedah.
Rajin baca read /Iqra (membaca), mungkin terdengar terlalu simplistik! Namun, dalam era disrupsi ini kita harus terus stay up to date, stay relevant dengan perkembangan zaman, karena para pemimpin yg benar salah satu cirinya adalah pembelajar, terus belajar dan membaca.
Semua tokoh-tokoh bangsa yang saya kenal pasti mereka adalah para pembelajar sejati, mereka bahkan mempunyai Chief Learning Officer sendiri. Warren Buffett orang terkaya di dunia ketika ditanya apa kunci kesuksesannya? Dia pun menunjukkan tumpukan buku di ruang kerja dan berkata ia membaca paling tidak 500 halaman setiap hari.
Mark Zuckerberg pendiri Facebook adalah seorang pembaca, begitu pula Bill Gates yang membaca sekitar 50 buku per tahun atau sekitar satu buku per minggu. Sedangkan Elon Musk, yang sukses dengan Tesla dan roket Space X membaca hampir semua buku. Bahkan, dia belajar membuat roket dari buku.
Untuk adik-adik, bangun rekam jejak kalian dengan cara aktif lah di kegiatan luar bangku sekolah (soft skills) seperti rajin ikut lomba, rajin nulis paper/puisi/cerpen, rajin berorganisasi/ ekskul (pramuka OSIS dll), ngevlog yang berfaedah.
Pentingnya soft skills. Penelitian di Harvard. Faktor yg mempengaruhi kesuksesan seseorang. 80% di soft skills, 20% di hard skills.
2. Milikilah Mentor dan Role Models
Milikilah mentor/role models di dalam perjalanan membangun tenda masa depan kalian. Baca biografi orang-orang sukses, biografi Rasulullah, Khulafaur Rasyidin, Muhammad Al Fatih, Salahuddin Al Ayyubi, dll.
3. Bangun Jejaring (Networking)
Ini adalah bagian dari soft skills yang menurut penelitian berkontribusi terhadap 80% keberhasilan seseorang di masa yang akan datang. Siapa saja yang kamu kenal, rezeki banyak datang dari silaturrahim.
Aktiflah di berbagai komunitas, olahraga, organisasi. Take risk/investment di pendidikan.
Penulis : Redaksi | Editor : Dewi Kayisna