Kisah Pilu Leakma, Lumpuh 30 Tahun dan Hidup Sebatangkara
Administrator maduratoday.com
Sumenep, (Madura Today) – Mungkin tak pernah terbayangkan di benak Leakma bahwa dirinya akan mengalami lumpuh hingga usia hampir 50 tahun saat ini.
Gegara saat masih remaja ia ketiban reruntuhan rumah, Leakma mengalami lumpuh kaki yang tak bisa disembuhkan. Entah karena tidak menemukan obat atau memang tidak sanggup berobat.
Di usia yang tidak muda lagi, warga Dusun Ares Tengah, Desa Tarogan Kecamatan Lenteng, Kabupaten ini menjalani hidup jauh berbeda dari orang pada umumnya.
Lumpuh yang ia derita tidak hanya merenggut masa depannya, tapi juga telah merampas kesempatan dia untuk hidup dan beraktivitas normal.
Terpaksa ia berjuang sendiri memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mulai dari mencari nafkah, memasak bahkan mandi ia lakukan mandiri, tentu dengan cara yang tidak biasa.
Sementara untuk menyambung hidup, sehari-hari nenek Leakma menganyam tikar. Tapi ia lakukan dengan posisi telungkap, karena kondisi fisik yang memang tidak bisa duduk lama.
“Aktivitas memasak dan mandi beliau juga lakukan sendiri, ya dengan jalan (mohon maaf) ngesot,” tutur Kepala Dusun setempat, Akram pada komunitas BerKat (Bersama Masyarakat) yang datang ke sana beberapa hari lalu.
Nenek Leakma yang hidup sebatangkara dengan kondisi memprihatinkan memang bikin hati orang yang berkunjung padanya terenyuh. Tak terkecuali para member BerKat.
Kepada member BerKat, nenek Leakma bercerita panjang lebar tentang kisah pilu hidupnya selama hampir 30 tahun. Bahkan sesekali ia memberikan wejangan.
Namun demikian, nenek Leakma tidak berkenan menunjukkan kaki lumpuhnya. Alasannya, ia khawatir orang merasa jijik lantaran kondisinya yang sudah tidak baik lagi.
“Kare tolanga pak (tinggal tulangnya pak),” ujar nenek Leakma saat ditanya kondisi kedua kaki yang selalu ia bungkus dengan kain sarung.
Beruntung di balik ujian yang dirinya hadapi, nenek Leakma dianugerahi kelapangan hati yang luar biasa. Buktinya, ia nampak tegar dan tetap bersemangat menjalani hidup sehari-hari dengan keterbatasan fisik itu.
“Mator sakalangkong pak (terima kasih pak). Bede se kaentoh beih kule pon seneng (ada yang ke sini saja saya sudah senang),” ungkap nenek Leakma saat menerima paket sembako dari BerKat.
Penulis : Rosy