Sumenep

Dewan Kesenian Sumenep Protes Keras Disbudporapar Soal Kalender Event

Sumenep, (Madura Today) – Dewan Kesenian Sumenep (DKS) mengeluarkan sikap atas sejumlah pagelaran dalam kalender event Sumenep yang belakangan dinilai melanggar kepatutan dalam pelaksanaannya.

Berdasarkan rilis yang diterima Madura Today, pernyataan sikap dikeluarkan karena adanya desakan dari masyarakat dan para seniman untuk mensomasi Disbudporapar Sumenep.

Berikut poin-poin sikap DKS:

1. Meminta Disbuporapar Sumenep agar mempertimbangkan betul mudarat, dampak maupun manfaatnya bagi masyarakat atas setiap kalender event yang dilakukan.

2. Meminta Disbuporapar Sumenep melibatkan pakar, ahli atau lembaga adhoc di bidang kesenian untuk membantu merumuskan langkah strategis tata kelola seni di Sumenep.

3. Meminta Disbudparpora Sumenep mencari ruang publik yang representatif untuk pagelaran kesenian yang tidak menimbulkan bias konfrontasi yang akan mengganggu pengembangan kesenian dan industri pariwisata.

4. Meminta Disbuporapar Sumenep agar kalender event tidak dimonopoli oleh satu event organizer (EO), apalagi EO yang tidak paham tentang pengembangan kesenian daerah Sumenep, baik tradisi, modern, kontemporer serta rantai pasarnya.

5. Meminta Disbuporapar Sumenep membuat komitmen bersama dengan EO bahwa setiap komunitas seni dan seniman yang dilibatkan dalam setiap kalender event honornya tidak dihutangi, apalagi pembayarannya dicicil.

Masih berdasarkan rilis DKS, fakta-fakta yang diuraikan di atas, merupakan peristiwa kurang elok yang dikeluhkan seniman sepanjang pelaksanaan kalender event berlangsung.

Selain itu, kasus-kasus lain seperti penyelenggaraan motor cross yang dilaksanakan di areal Taman Bunga sehingga mengganggu orang mau sholat di Masjid.

Peristiwa tawuran Kelompok Musik Angin Ribut versus Gong Mania dalam Festival Dewi Cemara yang digelar Pemprov Jatim melalui Disbudporapar Sumenep, Jum’at 3, November 2023 silam, tidak akan bisa dihapus dari memori masyarakat, penonton dan penikmat seni, dan terutama para tamu undangan dari sejumlah Kabupaten di Jawa Timur.

Kemudian launching Komunitas Jeeb Sumekar (Jeekar) yang ditempatkan di Lapangan Kesenian Sumenep (LKS), Sabtu, 23 Desember 2023 malam, yang digadang-gadang sebagai bagian dari 100 event yang akan dihelat Pemerintah Kabupaten Sumenep melalui Disbudporapar dengan pihak ketiga alias EO, nyata-nyata merupakan produksi ketidakpatutan dalam berkarya.

LKS yang identik dengan tempat digelarnya pertunjukan seni di Sumenep, selama ini telah jadi aset berharga bagi seniman khususnya, akan berubah jadi arena crossovers Jeeb dengan bunyi bising, abu dan asap bergulung ke udara.

Dijadikannya panggung kesenian sebagai salah satu track of road Jeep 4 x 4 yang masing-masing berbobot 1559 Kg / 3437 lbs dipastikan bukan hanya merusak panggung kesenian satu-satunya yang jadi kebanggaan bersama itu.

Melainkan juga pelanggaran moral yang dibiarkan karena tidak adanya pengetahuan perihal tata kelola seni, dan legacy yang baik mengenai pengembangan dan pokok pikiran kebudayaan daerah.

Hal ini menjelaskan bagaimana tindakan destruktif, yang kurang patut ini jadi pilihan Disbudporapar dan EO-nya menempatkan event di tempat dimana detak dan marwah kesenian Sumenep dirawat dan diagung-agungkan.

 

Website | + posts

Administrator maduratoday.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button