Sumenep

Pemilihan Ketua RT di Sumenep Berujung Konflik

Sumenep, (Madura Today) – Pemilihan salah satu Ketua Rukun Tetangga (RT) di Desa Kolor Kecamatan Kota, Kabupaten Sumenep tepatnya di Jalan Anggrek menyisakan persoalan.

Ibarat api dalam sekam, tidak tampak dipermukaan tetapi bara terus membakar dari dalam. Meski begitu Kepala Desa Kolor terkesan cuek dan membiarkan warganya dalam konflik. ‘

“Mungkin tidak tahu atau pura-pura tidak tahu” ujar salah seorang warga. Akibatnya, warga pun terbelah menjadi pro RT dan Paguyuban.

Dampak lebih jauh kebutuhan warga yang seharusnya ditangani RT kini malah ditangani dua kubu. Keamanan dipegang Paguyuban sedang  Kebersihan diurus RT.

Meneruskan informasi yang diterima media ini, sebenarnya pihak Paguyuban telah menawarkan agar Keamanan diambil alih oleh RT tapi pihak RT tidak menanggapi.

Menurut H. Syafiuddin, salah seorang warga, konfliknya memang bermula dari panitia yang tidak jujur saat pemilihan RT sehingga memunculkan ketidakpuasan.

“Panitia yang seharusnya netral tapi malah berkampanye untuk salah satu calon, ini tidak benar,” katanya.

Lebih lanjut, H. Piu, panggilan akrab H. Syafiuddin menuturkan memang cuma pemilihan RT tapi seharusnya tetap dilaksanakan secara jujur.

“Pemilihan Ketua RT saja begitu bagaimana kalau pemilihan kepala desa, bupati, gubernur dan seterusnya?,” imbuhnya.

Ketidakjujuran panitia tidak hanya soal pemungutan suara tapi soal domisili calon. Masih menurut H. Piu, Ketua RT terpilih, yaitu Mustari, sejak pemilihan sudah pindah tempat tinggal.

“Ini pemilihan ketua rukun tetangga, kalau bukan tetangga mengapa mencalonkan diri dan panitia mendiamkan,” ujarnya lebih lanjut.

Menurutnya, Mustari saat ini telah pindah ke RT 7 karena rumahnya di jalan Anggrek yang kemudian menjadi RT 9 telah dijual ke orang lain.

Media ini juga mendapat informasi bahwa salah seorang ketua RT yang telah pindah tempat tinggal diluar RT-nya tidak mau mengundurkan diri meski dipersoalkan oleh warganya.

Sebelum terbentuk RT telah terbentuk Paguyuban Warga Jalan Anggrek yang kemudian menginisiasi pemilihan ketua RT.

Dalam rapat warga yang dihadiri beberapa ketua RT terdekat sebenarnya telah diusahakan agar ketua RT baru dipilih melalui musyawarah mufakat.

Tetapi beberapa orang warga yang kemudian menjadi panitia pemilihan bersikukuh agar dilakukan pemilihan secara langsung dengan alasan agar demokratis.

Belakangan ketahuan ternyata panitia tidak netral dan mendukung salah satu calon sehingga memantik kecurigaan warga. “Ada apa kok sebegitu ngototnya harus orang itu yang jadi?,” tandasnya.

Sementara itu, Kepala Desa Kolor Novandri Prasetyawan beberapa kali dicoba dikonfirmasi awak media melalui nomer WhatsApp-nya tidak merespon meski status berdering.

 

Website | + posts

Administrator maduratoday.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button