Bekerja Keras Ala Rasulullah
Administrator maduratoday.com
Madura Today – Kerja merupakan semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi maupun non-materi, intelektual atau fisik maupun hal-hal yang berkaitan dengan masalah keduniawian atau keakhiratan (Ahmad Abrar).
Kamus besar bahasa Indonesia susunan WJS Poerdarminta mengemukakan bahwa kerja adalah perbuatan melakukan sesuatu. Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah.
Mendefinisikan makan dan bekerja bagi seorang muslim adalah suatu upaya sungguh-sungguh dengan mengerahkan seluruh aset dan zikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah yang menundukkan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik, atau dengan kata lain dapat juga dikatakan bahwa dengan bekerja manusia memanusiakan dirinya (KH. Toto Tasmara).
Jika kita ingin bertahan, dan memenangkan persaingan dengan orang lain, maka secara terus menerus dan secara berencana kita kembangkan kualitas untuk menciptakan hari esok yang lebih baik. Kegiatan menciptakan hari esok yang lebih maju, lebih cerah, lebih sejahtera itulah yang disebut kegiatan pembangunan.
Membangun diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan bahkan dunia agar lebih sejahtera, lebih bahagia, lebih adil, lebih makmur, lebih damai, semua itu adalah termasuk di antara misi risalah Nabi Muhammad SAW, sebagaimana ditegaskan oleh Allah SWT dalam Al Quran. “Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Al-Anbiya’ : 107).
Islam adalah agama amal dan kerja, kerja untuk urusan dunia dan akhirat. “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari dunia.” (Al-Qashash : 77).
Dalam ayat lain disebutkan: “Apabila telah selesai Salat, maka hendaklah kalian bertebaran di muka bumi dan carilah karunia Allah, dan sebutlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kalian memperoleh keberuntungan.” (Al-Jumu’ ah : 10).
Keyakinan kepada Allah SWT yang terpatri dalam seorang muslim sangat ditentukan oleh kemampuan untuk mengaktualisasikan dalam kehidupan. Dalam Al-Quran kalimat Amanu (beriman) digandengkan dengan kalimat Amiiluu (bekerja). Secara tegas bahwa keberimanan seseorang harus paralel dengan aktualisasi kehidupan. Bekerja menurut ajaran Islam adalah manifestasi dari iman. Bekerja bagi umat Islam sebagai bagian dari ibadah.
Suatu hari Rasulullah SAW bertemu dengan Saad bin Muadz Al-Anshari. Ketika itu Rasul melihat tangan Saad melepuh, kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti terpanggang matahari. “Kenapa tanganmu?” tanya Rasul kepada Saad.
“Wahai Rasulullah,” jawab Saad, “tanganku seperti ini untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggung jawabku.”. Seketika itu beliau mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata: “Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh api neraka,”.
Alangkah mulia ajaran Islam tentang kerja keras, di mana ajaran bekerja keras telah dicontohkan Rasulullah sejak masih remaja, beliau adalah seorang pedagang yang ulet, berdagang sampai ke Negeri Syam. Jauh sebelum beliau, para Nabi dan Rasul juga mengajarkan kita tentang karakter bekerja keras.
Nabi Nuh pandai membuat kapal, Nabi Musa seorang penggembala, Nabi Sulaiman seorang insinyur yang hebat, Nabi Yusuf seorang akuntan, Nabi Zakaria seorang tukang kayu, Nabi Isa seorang tabib. Meski sebagai Nabi dan Rasul beliau tetap bekerja keras.
Allah SWT telah melapangkan bumi dan menyediakan banyak fasilitas, agar manusia dapat berusaha mencari sebahagian rezeki yang disediakan-Nya. “Dialah (Allah) yang telah menjadikan bumi itu mudah bagi kalian, maka berjalanlah di segala penjurunya, dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya.” (Al-Mulk : 15).
Bersyukur kepada Allah SWT atas fasilitas yang disediakan, dengan cara berusaha dan bekerja untuk kebaikan.
Rasulullah SAW dijuluki sebagai Rahmatan Lil Alamin. Abu Bakar Ashidiq disebut dalam Hadits Rasul SAW sebagai: “Dari umatku yang paling sayang kepada umatku (Arhami Ummati Bi Ummati) adalah Abu Bakar.” Umar bin Khattab ketika menjadi khalifah memperhatikan infrastruktur yang dibangun demi kemaslahatan rakyat, bahkan binatang sekalipun. “Jika ada keledai terperosok di Irak maka Umar akan dimintai pertanggungjawaban”, begitu ucap Umar Ra. Beliau juga pernah memerintah aparatnya untuk menebar gandum di bukit-bukit, agar tidak ada burung yang kelaparan di negeri Muslim.
Beberapa langkah untuk mencapai Ridha Allah. Pertama, menghadirkan niat yang baik, maksud niat yang baik ibadah karena Allah, mencari rezeki yang halal, memakmurkan bumi Allah dan niat baik lainnya. Dengan berniat amal seseorang bisa bernilai ibadah di sisi Allah SWT.
Pada suatu pagi Rasulullah SAW dan sahabatnya sedang berkumpul kemudian mereka melihat seseorang yang kuat berjalan dengan cepat dan energik. Para sahabat takjub terhadap orang tersebut.
Maka para sahabat berkata: “Wahai Rasul SAW bila saja ia berada dalam jalan Allah (fisabilillah) pasti lebih baik baginya,”. Maka Rasul SAW berkata: “Jika ia bekerja untuk anaknya yang masih kecil, maka itu berarti fisabilillah. Jika ia bekerja untuk kedua orang tuanya yang renta maka itu berarti fisabilillah. Dan jika ia bekerja karena riya dan kebanggaan maka itu di jalan setan.” (HR. Tabrani).
Kedua, tidak menunda-nunda amal. Dalam kaitan ini Rasulullah SAW mendorong umatnya untuk berpagi-pagi, hadisnya berbunyi: “Ya Allah berkahilah umatku di pagi hari.” (HR. Tarmizi, Ibnu Majah dan Ahmad). Pepatah arab menuturkan: “Jangan tunda amal hari ini hingga esok.”.
Ketiga, bersungguh-sungguh. Siapa yang bersungguh-sungguh dia akan dapat. Keempat, bekerja dengan rapi. Rasullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT mencintai seseorang yang bekerja dengan rapi di antara kalian.” (HR. Baihaqi).
Kelima, Tawadhu (rendah hati) dan bersyukur, sebagus apapun pekerjaannya, seorang muslim dilarang untuk bersikap sombong. Rasulullah SAW bersabda: “Tidak masuk surga siapa yang di dalam hatinya ada kesombongan seberat biji sawi.” (HR. Muslim)
Jika kita ingin merasakan indahnya bekerja keras, maka bekerjalah sesuai dengan koridor Islam dan bekerjalah seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah yaitu bekerja jujur, bekerja amanah, dan bekerja ikhlas. Insya Allah hidup akan lebih bermakna. Wallahu Alam Bissawab.
Penulis: Thayyibi Sapora
Penggiat isu sosial masyarakat kelahiran Madura.