Cerita ‘Malate Pote’, Lahir dari Pecinta Seni Hingga Tenar dan Banyak Fans
Administrator maduratoday.com
Sumenep, (Madura Today) – Mengulas eksistensi salah satu grup musik tradisional-modern asal Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur bernama Malate Pote memang menarik.
Betapa tidak, dari waktu ke waktu penggemar kelompok musik ini kian banyak dan meluas. Meski banyak kelompok lain dengan genre musik yang sama, Malate Pote masih menjadi primadona.
Dari wawancara ekslusif Madura Today dengan founder Malate Pote, Fauzi terungkap bahwa motivasi lahirnya Malate Pote datang dari sejumlah pecinta musik tradisional di Kecamatan Pragaan.
Fauzi menceritakan, pada tahun 2017, dirinya bersama rekan-rekan sesama pecinta seni musik terbesit untuk menggagas terbentuknya kelompok ini.
Di tahun-tahun itu, di wilayah barat Kabupaten Sumenep memang lagi trend musik tongtong band (perpaduan musik tradisional tongtong dan drumband).
“Awalnya ada famili yang hendak mengundang tongtong untuk sebuah acara. Lalu timbul pemikiran, kenapa kita gak membentuk sendiri saja, hitung-hitung menyalurkan hobi,” tutur Fauzi, Senin (4/6/2023).
Pasca itu, tidak otomatis Malate Pote langsung terbentuk, karena peralatan dan segala macam Fauzi mengaku belum punya. Lalu dirinya memiliki inisiatif untuk pinjam dulu ke kelompok lain yang lebih dulu ada.
Sambil lalu mengumpulkan personel dengan memiliki misi dan kecintaan yang sama terhadap warna musik ini, kelompok ini mulai berlatih hingga perlahan mulai mendapat panggung.
Personel Malate Pote sendiri terdiri dari pemuda-pemuda dari beberapa desa seperti Desa Pragaan, Aeng Panas, Guluk-guluk, Karduluk dan Desa Kapedi.
“Dari hasil beberapa kali kita diundang untuk tampil, satu per satu bisa kita beli alat sendiri. Alhamdulillah sekarang semua perangkat yang kita punya milik kita sendiri,” ungkap kelahiran Desa Pragaan Daya ini.
Menariknya, awal mula kelompok ini terbentuk namanya bukan Malate Pote, melainkan Bunga Keraton. Setelah sekitar satu tahun digunakan, karena beberapa alasan namanya diganti ke Malate Pote.
“Hasil nyabis (sowan kiai.red) nama yang pertama kurang cocok katanya. Lalu nama Malate Pote itu yang dipilih dan kita pakai sampai sekarang,” ungkapnya, tersenyum.
Dari sekian proses yang tidak mudah, Malate Pote dengan slogan Panglepor Ateh akhirnya menemui kejayaannya dan kini sudah merasakan manisnya. Tidak hanya populer dan banyak fans, sejak 2018 Malate Pote selalu banjir job.
Kata Fauzi, dalam setahun Malate Pote hanya libur bulan puasa saja. Setiap bulan selalu ada undangan untuk show, apakah itu acara kawinan, hajatan, sunatan dan ulang tahun.
“Kalau bulan Juni dan Juli bisa dikatakan kita full undangan tiap hari. Untuk bulan lain kecuali bulan puasa ya, paling dua kali, empat kali dan kadang lebih, tapi tiap bulan tidak pernah libur,” ujarnya.
Pria berkumis ini mengatakan, Malate Pote tidak akan berhenti dengan ketenaran yang didapat sekarang. Pasalnya, dirinya ingin terus berkreasi dan menghadirkan trend-trend baru, agar musik tradisional tetap dicintai dan tidak punah digusur zaman.
“Sebagai legalitas, kita sedang proses mendapatkan NIK (Nomor Induk Kesenian.red) dari Disbubporapar Sumenep. Mudah-mudahan lancar untuk kebaikan Malate Pote ke depan,” tukasnya.
Seperti diulas Madura Today sebelumnya, grup satu ini sangat populer di telinga masyarakat Madura lantaran keberadaannya yang memberi warna baru di belantika musik pengiring kegiatan karnaval dan sejenisnya.
Saking populernya, kelompok musik yang berbasis di Kecamatan Pragaan ini ternyata telah melanglang buana nge-job ke sejumlah daerah.
Tidak hanya di Sumenep dan Madura saja, tapi juga hingga luar Pulau Garam seperti daerah tapal kuda, Bondowoso, Situbondo dan Jember.
Diakui atau tidak, penampilan Malate Pote memang sangat menghibur. Dengan ciri khas yang dimiliki, Malate Pote sukses menghipnotis setiap mata yang menyaksikannya.
Malate Pote juga jago memadukan lagu-lagu hits yang akrab di telinga masyarakat dengan alunan musik tradisional tongtong yang dikombinasikan dengan musik modern seperti bass dan keyboard.
Tidak itu saja, meski tidak dengan sensasi berlebihan dan nampak sederhana, kostum yang dikenakan dan gerakan-gerakan para personel Malate Pote saat tampil memberikan magic luar biasa.
Kesuksesan kelompok musik tradisional ini juga dibuktikan dengan dijadikannya ciri khas dan kreativitas Malate Pote sebagai trend, terutama dari segi kostum dan gerakannya hingga kini.
Penulis: Rossy | Editor: Dewi Kayisna