Papers Today

Manfaat Menabrak Kucing

Madura Today – Pukul 02.13 WIB dini hari, rombongan kami menabrak kucing di perbatasan Sumenep-Pamekasan. Saat itu, dingin cukup kuat. Remang dan angin yang berhembus membuat malam semakin pekat. Namun begitu, jalanan sangat lengang. Hanya kucing itu yang mendadak datang, dari arah utara, dan membawa kecemasan.

Mobil berjalan mundur. Sesaat kemudian, sopir turun, diikuti oleh seorang penumpang, lelaki kekar, yang duduk di kursi depan. Tidak ada warga yang tahu bahwa seekor kucing piaraan sedang sekarat dan akan meninggal.

Dari balik kaca mobil, kucing itu berlumur darah. Wajahnya mengerang ke atas, dan gerakan kaki depannya begitu acak. Sangat tersiksa. Sopir dan seorang penumpang yang turun serasa ditabrak bingung. Keduanya seperti lumpuh.

Akhirnya, kucing itu dibungkus dengan karung. Sebab nyawanya tidak tertolong lagi. Kami telah mengupayakan rescue semampunya. Di antaranya memperkuat doa-doa. Namun kucing itu tidak bisa pulih seperti sediakala. Kucing itu kami bawa. Tubuhnya bersama kami sepanjang jalan.

Sopir menyetir mobil lebih pelan. Dia meningkatkan kewaspadaan. Dan satu jam ke depan, kami berempat, yang ada di dalam rombongan, mulai saling membuka percakapan.

Awalnya, seluruh rombongan tidak pernah saling sapa. Gelap di jalan raya, menjadi dingin tanpa sapa. Sejak naik ke mobil rombongan, percakapan seakan tabu dilakukan. Satu sama lain tidak saling kenal.

Namun, setelah tubuh kucing kami bawa, percakapan dalam rombongan terus tumbuh dan bernyawa. Kucing yang mati itu mengantar kami menjadi layaknya manusia, yang sosial dan saling bertegur sapa.

Saat itu, kami menjadi sangat kampung sekali. Saat ada kucing, tertabrak dan mati, rangkaian cara adat harus dilakukan agar tidak pamali. Kami semua menyetujui dan selanjutnya kami saling berbicara dan menyahuti.

Dalam kelindan percakapan, kami setuju bahwa menabrak kucing sangat tidak diperbolehkan. Namun begitu, seluruh rombongan sepakat untuk tidak menyalahkan seseorang. Nahas yang terjadi tidak butuh nama pelaku untuk menanggung beban.

“Kalau kita yang menghindar, kita yang celaka,” Kata sopir tiba-tiba.

Seketika rombongan diam. Dalam hati, saya bersyukur. Jika tidak kucing yang mati, mungkin gantinya adalah kami.

LBH (Diduga) Kerahkan Massa, Gersik Putih Sumenep Kembali Mencekam
Nur Khalis
Jurnalis | + posts

Nur Kholis atau NK Gapura adalah jurnalis Kompas TV yang bertugas di Madura. Pria kelahiran Sumenep yang juga aktif menulis seputar isu politik, hukum dan kehidupan sosial sehari-hari.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button