Perigi Tak Berair Kembali
Administrator maduratoday.com
Perigi Tak Berair Kembali
Puisi : Thayyibi Sapora*
Berusaha dan fokus pada satu titik sumbu saja. Cobalah merenung di sepertiga malam . InsyaAllah kau akan menemukan jejak yang jelas.
Tak semua harus diterjemahkan kepada orang lain. Pejamkanlah matamu walau telinga tetap mendengar. Cukup gantungkan semua resah pada pemilik alam semesta. Karena jawaban terbaik hanya datang dari Tuhan semata.
Aku masih melangkah menghapus keruh di badan, sambil mengubah petang menjadi terang gulita. Sampai aku benar-benar ingat bahwa pintu itu tercipta untuk aku lewati setiap detik.
Terpental. Menjadi debu-debu yang berserakan, hingga aku harus kembali mengumpulkan retakan serpih itu.
Kukira ini tak nyata saat kau hadir di depan mata. Saat raga diam tanpa kata-kata. Saat air tak mau singgah pada habitatnya.
Aku adalah batu yang berusaha ikhlas ketika dilebur oleh palu, terlempar cukup jauh hingga termakan oleh cumbuan angin yang membara.
Aku adalah tanah yang sifatnya lemah saat digerus rintik hujan akan menyebar entah ke mana.
Aku adalah gayung yang rela dibanting saat semua orang membasahkan diri demi menjadi sebuah rasa bagi para penggunanya. Dan berusaha andil dalam peran ini ketika takdir memang harus dijalani.
Renungkanlah. Biarkan telaga itu terkuras tak berair lagi, sekat yang kian merajai hati, jadikanlah ujian ini sebagai awal untuk bernapas kembali, untuk menjadi lebih baik lagi. Walau pada dasarnya dosa menggumpal menjadi daging. Tetap selalu bersyukur.
Rabu, 3 Februari 2021
* Lahir pada 8 April 1994 di Karduluk, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Berasal dari keluarga sederhana. Namun, Alhamdulillah dapat mengenyam pendidikan formal MI Nurul Jadid Karduluk Bapelle, yang kental dengan nilai-nilai keagamaannya, dan lulus tahun 2007.
Selanjutnya meneruskan sekolah di MTS An-Najah 1 Karduluk, tamat tahun 2009 dan di MA An-Najah 1 Karduluk, tamat tahun 2012. Lagi-lagi Tuhan memberikan jalan, selepas dari MA dapat beasiswa tahfidz di Sekolah Tinggi Ekonomi dan Perbankan Islam Mr. Sjafruddin Prawiranegara Jakarta.
Saat ini sebagai penggiat isu sosial masyarakat made in Madura, yang mana menyampaikan tentang situasi dan kondisi yang berada di Madura. Diimplementasikan lewat puisi, opini dan sesekali cerpen.
Beberapa tulisan pernah terbit di beberapa media yaitu Lontar Madura, Redaksi Baladena, Kabar Madura, dan Madura Today sampai saat ini. Pernah beberapa kali ikut serta dalam penulisan antologi puisi seperti, 1001 Puisi Untuk Ayah dan Ibu, Santri Channel, Satria Sastra Indonesia dan lain-lain.