Opini

Soal Susahnya Menjadi ‘Orang Tani’

Website | + posts

Administrator maduratoday.com

Madura Today – Di pojok Madura, ada desa kecil mayoritas usahanya adalah di sawah. Sebenarnya desa ini adalah desa romantis, asri, nan indah kenapa demikian? Karena sawahnya bergandengan satu sama lain dengan dihiasi oleh rumput hijau laksana istana raja-raja.

Penghujung jalan, kerap sekali menemukan lahan kosong ditambah dengan semi gagalnya tanaman tembakau, kemungkinan akan mengalami kerugian cukup signifikan. Betapa sedih petani saat ini, masalah demi masalah berjalan dengan rapi tanpa senggang waktu, kami berharap semoga musibah ini lekas berlalu dan diijabah oleh Sang Kholiq.

Adakalanya kita harus tengok lebih jauh tentang pekerjaan yang ditekuni oleh masyarakat berat atau ringan, enak atau tidak, agar bisa berfikir rasional terhadap perilaku masyarakat.

Nah, ketika sudah tahu harusnya kita renungkan “betapa melaratnya” mencari sebutir nasi dan secangkir air minum.
Sebenarnya banyak petani kita sedang membutuhkan asupan mental dan didikan, terutama orang tani, demi memenuhi kebutuhan keluarga, ia rela ada menadahkan tangan, sungguh naif kehidupan ini.

Tatkala fajar tiba seiring dengan langkah untuk nafkah, burung terbang menjulang ke angkasa menjelajahi gunung-gunung, tujuan utama adalah mencari “pakan” kemudian ia kembali ketika hendak maghrib tiba lalu ia melentangkan sayapnya untuk menghilangkan letih.

Begitu pula dengan orang tani, sekuat tenaga mencari nafkah hingga larut malam hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Pancaroba, hijau rumput sepanjang jalan menyejukkan pandang mata, rimbun pohon terlihat lebih indah. Namun, tidak seindah duka yang dialami, cuaca kurang baik, lagi-lagi gagal panen efeknya orang tani tidak menikmati hasilnya alias gatot.

Menyedihkan, bukan? Apalah daya jika Tuhan tidak berkehendak, kekecewaan membuat semangat tumbuh seketika beserta cucuran air mata yang mengalir laksana sungai, tidak kenal putus asa untuk bangkit mengulang kembali kegagalan itu. Termotivasi oleh “Sesungguhnya sebaik-baik manusia ia yang mau berusaha”.

Keluarga merupakan kunci dari segala kunci kenapa demikian kerena apapun yang kita kerjakan, contoh menanam tembakau, menanam padi, dan menanam jagung, tujuannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga, tidak lebih.

Sejatinya masyarakat desa ingin lebih baik dari sebelumnya seperti angin yang berhembus dari berbagai arah.
Marilah kita dukung orang tani, supaya tidak sedih lagi, dan bangkit dari lamunannya, berilah ia semangat untuk hidup lebih baik dan menjadikan sawah-sawah hijau kembali dan dikelilingi rerimbunan bunga yang harum berserta terangnya mentari.

Jangan sesekali kita menangis, menangis tidak baik, jika kita berusaha sampai mati, Insya Allah berhasil. Semoga Allah berkenan atas perjuangan kita, maka dari itu marilah senantiasa bersyukur atas nikmat Allah agar kita tidak kufur nikmat.

Setiap peristiwa jadikan pelajaran berharga. Sejauh mana kita bisa menghadapi ujian, sekuat apa kita menahan terpaan angin semuanya ada dalam diri kita masing-masing yaitu hati. Wallahu a’lam bissawab.

Thayyibi Sapora

Penulis : Thayyibi Sapora
(Penggiat Isu Sosial Masyarakat Made In Madura Asli)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Check Also
Close
Back to top button